INFORMASI

Marhaban Bikumul_Kautsar

Sabtu, 08 Juni 2013

Posted by alkautsar
No comments | Juni 08, 2013
Bismillahhirrohmaanirrohiim,
Assalamu'alaikum wahai saudara2ku seiman,

Dimulakan dengan firman Allah :

Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
[Q.S Al-Ashr 103 : 1-3]

Perjalanan hidup adalah masa-masa yang kita lewati sebagai makhluk yang tiada kekal, berjalan dari suatu masa ke masa, menempuh beberapa alam, seperti pada potongan lirik lagu yang sungguh menggugah hati dari Far East "Menanti di Barzakh"

Perjalanan Rohku, 
Melengkapi Sebuah Kembara,
Singgah Di Rahim Bonda, 
Sebelum Menjejak Ke Dunia,
Menanti Di Barzakh, 
Sebelum Berangkat Ke Mahsyar,
Diperhitung Amalan, 
Penentu Syurga Atau Sebaliknya,

Tiap-tiap kita tentu akan menjalaninya. Bagaikan hewan metamorfoosis yang berubah sejalan dengan perjalanan waktu, manusia juga akan beranjak menjalani alam-alam yang telah diqodratkan untuk dijalaninya dan berakhir pada hari perhitungan atau pembalasan dari tiap amal yang dikerjakan manusia selama hidupnya.

Yang dimaksud dengan selama hidupnya ialah menyangkut pada suatu alam yang memang dijadikan Allah sebagai kampung amal, tempat untuk mencari bekal perjalanan yang masih panjang. Ialah Dunia yang sekarang ini kita berada di jalannya. Dunia yang penuh kesenangan dan kesusahan, nikmat dan ujian, suka duka dan sebagainya yang merupakan suatu dimensi yang habis terhadap waktu, sehingga disebut sebagai alam Fana ( musnah ).

Tapi banyak di antara kita yang menganggap dunia adalah puncak dari kenikmatan hidup, jauh lari dari kenyataaan dan hakekat bahwa dunia adalah hanya sekadar kampung beramal. Jika dihubungkan dengan istilah sekarang banyak sekali di antara kita yang mengagungkan cinta dunia dibandingkan cinta dengan alam yang kekal ( kampung akhirat ). Sehingga kita berlomba-lomba dengan segala upaya untuk mendapatkan kebahagiaan hidupnya di dunia, walaupun mungkin tak mampu menimbang lagi tentang baik buruknya. Na'udzubillah.

Saudaraku...., sebagai renungan, mari kita perhatikan, mengapa burung bisa melayang di udara? itu karena adanya keseimbangan. Saat kita berdiri, mengapa kita dapat berdiri tegak dan sempurna? Pasti karena keseimbangan, Tapi coba banyangkan jika tidak ada lagi keseimbangan? Coba lihat di lingkungan kita sering terjadi kebanjiran, tiada lain pasti karena ketidak seimbagan debit air yang diterima dan yang diteruskan, dan lain sebagainya. Bukankah ketidakseimbangan itu selalu mendatangkan bencana? Perlu kita perhatikan..

Sekarang mari kita perhatikan keadaan hidup manusia Zaman sekarang. Masalah ekonomi umat Islam rata-rata pada saat sekarang belum menggembirakan, meskipun terdapat banyak negara Islam yang dianugerahkan sumber daya alam yaitu minyak dan gas bumi yang berlimpah-ruah, terutama di Timur Tengah, belum ada satu negara Islam pun yang layak digolongkan dalam kategori negara maju. Hanya ada lima negara Islam, dengan jumlah penduduk tidak lebih dari 6 juta jiwa yang saat ini dikategorikan sebagai negara yang berpendapatan tinggi akan tetapi masih jauh dari kategori negara maju. Sedangkan lebih dari 20 negara Islam dengan jumlah penduduk melebihi 600 juta jiwa, tergolong dalam kategori negara berpendapatan rendah dan terbelenggu dalam kemiskinan. Ini mengindikasikan bahwa cuma setengah persen dari total 1200 juta umat Islam saja yang bisa dikatakan kaya sementara lebih dari 50 persen umat Islam berada dalam garis kemiskinan. Kemudian pertanyaan, adakah fenomena ini sejalan dengan ajaran Islam? atau apakah Islam itu sendiri menginginkan umatnya hidup dalam keadaan zuhud?

Kalau kita kembali membuka lembaran sejarah Islam masa lalu, sungguh kita akan tercengang betapa Islam telah mampu merubah nasib umatnya yang dahulunya mundur, naik pada peringkat teratas hingga menjadi sebuah masyarakat yang sangat tinggi tamaddunnya. Masyarakat Islamlah yang telah mencapai puncak kemajuan di berbagai bidang, terutama dalam memperluas dan mendalami berbagai disiplin ilmu, misalnya sains, matematika, astronomi, kedokteran, sastra, filsafat, mantik, ilmu politik, kemiliteran, pembangunan ekonomi dan sebagainya. Masyarakat Islam jugalah yang telah berjaya dalam mengarungi samudera dan menjelajahi bumi bukan sekedar memperluas wilayah dan daerah jajahan saja akan tetapi lebih dari itu menyebarkan Islam dan ilmu pengetahuan di bumi Allah dimana saja mereka berpijak.

Akan tetapi apa yang telah terjadi pada umat Islam saat sekarang, terutama setelah dijajah selama berkurun waktu yang mengakibatkan pudar keunggulannya. Masyarakat Islam menjadi loyo, letih dan lesu, bagaikan seekor burung yang sayapnya patah yang tidak mampu lagi untuk bangkit dan mengepakkan sayapnya, tidak mampu untuk mengembangkan apa yang pernah diraihnya.

Sekarang faktor apa yang paling dominan menyebabkan kemunduran umat Islam pada saat sekarang ini? Apakah hanya faktor penjajahan saja – seperti disebut di atas - atau ada faktor lain? Mungkinkah karena umat Islam hanya lebih mementingkan kehidupan akhirat saja dan sudah melupakan kehidupan duniawinya? Apakah umat Islam sudah melalaikan ajaran Islamnya sendiri yang notabene sebagai agama atau cara hidup yang sempurna?

Untuk menjawabnya mari kita berpijak dari firman Allah swt.,

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniwi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" 
[QS. Al-Qashash: 77]

Untuk menjelaskan ayat di atas saya akan mencoba menguraikannya ke dalam 3 kategori utama sesuai dengan makna kandungan ayat, yaitu:
Pertama, kehidupan akhirat adalah tujuan. Allah swt., berfirman, 

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat". Di sini terlihat dengan jelas bahwa yang harus kita kejar adalah kebahagiaan hidup akhirat. Mengapa? Karena di sanalah kehidupan abadi. Tidak ada mati lagi setelah itu. Karenanya dalam ayat yang lain Allah berfirman: "Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya" 
[QS. Al-Ankabut: 64]

Lalu, apa arti kita hidup di dunia ? Dunia tempat kita mempersiapkan diri untuk akhirat. Sebagai tempat persiapan, dunia pasti akan kita tinggalkan. Ibarat terminal, kita transit di dalamnya sejenak, sampai waktu yang ditentukan, setelah itu kita tinggalkan dan melanjutkan perjalanan lagi. Bila demikian tabiat dunia, mengapa kita terlalu banyak menyita hidup untuk keperluan dunia? Diakui atau tidak, dari 24 jam jatah usia kita dalam sehari, bisa dikatakan hanya beberapa persen saja yang kita gunakan untuk persiapan akhirat. Selebihnya bisa dipastikan terkuras habis oleh kegiatan yang berputar-putar dalam urusan dunia.

Coba kita ingat nikmat Allah yang tak terhingga, setiap saat mengalir dalam tubuh kita. Tapi mengapa kita lalaikan itu semua. Detakan jantung tidak pernah berhenti. Kedipan mata yang tak terhitung berapa kali dalam sehari, selalu kita nikmati. Tapi kita sengaja atau tidak selalu melupakan hal itu. Kita sering mudah berterima kasih kepada seorang yang berjasa kepada kita, sementara kepada Allah yang senantiasa memanja kita dengan nikmat-nikmatNya, kita sering kali memalingkan ingatan. Akibatnya kita pasti akan lupa akhirat. Dari sini dunia akan selalu menghabiskan waktu kita.

Orang-orang bijak mengatakan bahwa dunia ini hanyalah keperluan, ibarat WC dan kamar mandi dalam sebuah rumah, ia dibangun semata sebagai keperluan. Karenanya siapapun dari penghuni rumah itu akan mendatangi WC atau kamar mandi jika perlu, setelah itu ditinggalkan. Maka sungguh sangat aneh bila ada seorang yang diam di WC sepanjang hari, dan menjadikannya sebagai tujuan utama dari dibangunnya rumah itu. Begitu juga sebenarnya sangat tidak wajar bila manusia sibuk mengurus dunia sepanjang hari dan menjadikannya sebagai tujuan hidup. Sementara akhirat dikesampingkan.

Kedua, berusaha memperbaiki kehidupan dunia. Allah swt., berfirman: ”Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu".Ayat tersebut dengan jelas bahwasannya Allah memerintahkan umat Islam untuk selalu berusaha menggapai kebahagiaan akhirat, tetapi jangan melupakan kehidupan di dunia ini. Meskipun kebahagiaan dan kenikmatan dunia bersifat sementara tetapi tetaplah penting dan agar tidak dilupakan, sebab dunia adalah ladangnya akhirat.

Masa depan termasuk kebahagiaan di akhirat kita, sangat bergantung pada apa yang diusahakan sekarang di dunia ini. Allah telah menciptakan dunia dan seisinya adalah untuk manusia, sebagai sarana menuju akhirat. Allah juga telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia, untuk mengetahui siapa yang paling baik amalnya, siapa yang paling baik hati dan niatnya.

Untuk mengelola dan menggarap dunia dengan sebaik-baiknya, maka manusia memerlukan berbagai persiapan, sarana maupun prasarana yang memadai. Karena itu maka manusia perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, setidaknya keterampilan yang mencukupi dan profesionalisme yang akan memudahkan dalam proses pengelolaan tersebut.

Allah juga mengingatkan manusia karena watak yang seringkali serakah, egois /sifat ananiyah dan keakuannya, agar dalam mengelola dunia jangan sampai merugikan orang lain yang hanya akan menimbulkan permusuhan dan pertumpahan darah (perang) antar sesamanya. Manusia seringkali karena keserakahannya berambisi untuk memiliki kekayaan dan harta benda, kekuasaan, pangkat dan kehormatan dengan tidak memperhatikan atau mengabaikan hak-hak Allah, rasul-Nya dan hak-hak manusia lain. Karena itu Allah mengingatkan bahwa selamanya manusia akan terhina dan merugi, jika tidak memperbaiki hubungannya dengan Allah (hablun minallah) dan dengan sesamanya-manusia (hablun minannaas).

Ketiga, menjaga lingkungan. Sebagai sarana hidup, Allah swt., melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi. Mereka boleh mengelola alam, tetapi untuk melestarikan dan bukan merusaknya. Firman Allah dari sambungan ayat di atas: "Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan".

Allah swt., menyindir kita tentang sedikitnya orang yang peduli pada kelestarian lingkungan di muka bumi. Dalam kaidah Ushul Fikih dikatakan, Ad-dlararu yuzalu: segala bentuk kemudharatan itu mesti dihilangkan. Nabi saw., bersabda: "La dlarara wala dlirara", artinya ialah tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun membahayakan orang lain. Karena itu, bila kita ingin terhindar dari berbagai bencana harus ada revolusi total tentang pandangan manusia terhadap alam sekitarnya. Cara pandang kapitalistik dan individualistik yang ada selama ini harus diubah. Ini karena menganggap alam sekitarnya sebagai faktor produksi telah membuat orang rakus, serakah, dan sekaligus oportunis.
Walloohua'lam.
Semoga bermanfaat untuk kita semuanya
wassalaamu'alaikum :)

Posted by alkautsar
No comments | Juni 08, 2013
Assalamu'alaikum...,
Smoga keselamatan atasmu saudara-saudaraku seiman.

Bismillahirrohmanirrohiim,

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
[Q.S Ar-Rum 30 : 21]

Demikian ayat Alllah dalam Al-Quran yang merupakan suatu tanda-tanda kekuasaannya dan sifat Rahman dan Rahiimnya. Sebagai makhluk hidup yang diberikan hasrat dan pikiran, tentunya Allah Mengetahui qodrat dari hambaNya. Semua Allah jadikan berpasangan. Bukan hanya dengan manusia, dari benda bahkan sifat Allah buat berpasangan. Yang tinggi berpasangan dengan yang rendah. Yang besar berpasangan dengan yang kecil. Maha Suci Allah..., karena perbedaan itu bisa saling melengkapi di antara sesamanya.

Allah menjadikan kita manusia dengan perbedaan jenis kelamin. Ada laki-laki dan perempuan yang memang diciptakan untuk berpasangan. Untuk saling melengkapi, berkasih sayang dan beribadah untuk menggapai ridho Ilahi. Akan tetapi semua itu bukanlah hal yang hanya didasrkan oleh kehendak nafsu sajja, melainkan ada aturan atau ketentuan yang menjadi tata tertibnya sehingga hubungan itu suci, halal dan tidak menyalahi agama. Artinya di antara laki-laki dan perempuan yang akan hidup bersama harus ada suatu ikatan yyang menyatukan mereka sebagai pasangan yang syah sebagai suami isteri. Tapi bagaimana jika seandainya itu terjadi sebelum atau dengan tiada ikatan yang sah?

Dalam hal ini penulis akan mengangkat hal yang sangat banyak di antara kita yang tidak mengangap ini sebagai etika dan aturan. Iyalah foto sebelum nikah ( foto pra-wedding). Foto sebelum nikah atau sering disebut dengan istilah kerennya Foto Pra-wedding..., sudah bukan hal yang asing kita lihat. Sewaktu kita menghadiri undangan-undangan pernikahan, jarang foto-foto itu gak kita lihat. Karna entah dasar apa atau motivasi apa, untuk masa sekarang ini foto-foto itu bahkan dah menjadi salah satu syarat syah nya acara. Dengan bangganya memajangkan foto-foto mesra yang belum pada Haknya...,
Ya, namanya berfoto sebelum nikah, artinya berfoto dan bermesraan dengan orang yang bukan MAHRAM-nya.

Berikut ini adalah sebuah sesi tanya jawab yang penulis kutip waktu menghadiri majlis taqlim yang diisi oleh Ustadz Dr. Fuji Rahmadi,MA seorang ustadz dan dosen di perguruan tinggi agama islam IAINSU.
Mari kita baca hayati bersama.

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum ustadz yang dirahmati Allah. Saya ingin bertanya sekitar tentang undangan pesta perkawinan yang di dalamnya terdapat foto bermesraan atau lebih dikenal dengan foto pre-wedding. Hal ini banyak dipraktekkan oleh ummat Islam, bagaimana hukumnya dalam Islam menurut ustadz,.. mohon penjelasan ustadz, terima kasih….. Azwar – di Medan

Jawaban:

Memang benar pak, kondisi saat ini menunjukkan bahwa banyak pengantin yang memakai jasa foto pre wedding. Di situ pengantin pria dan wanita yang belum akad nikah sudah berpose berdua. Untuk melakukan foto-foto tersebut mereka pun terlihat mesra seperti layaknya suami isteri. Padahal mereka belum sah secara agama. Bagaimana hukumnya?

Sebelum selesai ijab qabul antara ayah kandung pihak pengantin perempuan dan menantu laki-lakinya, hubungan antara kedua insan yang akan menikah itu tetap masih haram. Keharamannya tidak ada bedanya dengan haramnya seorang wanita dengan laki-laki asing (ajnabi) lainnya.

Sebuah persepsi salah yang sering kita jumpai di tengah masyarakat adalah memberikan kelonggaran kepada pasangan yang akan segera menikah untuk berjumpa, bercampur, bergaul dekat bahkan intim. Padahal semua itu masih haram hukumnya dalam pandangan syariat Islam. Namun banyak kita jumpai kesalahan seperti ini di tengah masyarakat.

Selama ijab qabul belum terjadi, keduanya masih diharamkan untuk berduaan, berjalan-jalan, makan berdua atau bentuk lain yang intinya adalah berkhalwat. Sebab yang ketiganya adalah syetan, yang dapat saja menggoda keduanya melakukan hal-hal yang dimurkai Allah swt.

Kepada mereka berdua juga haram untuk terlihat sebagian auratnya, bersentuhan kulit, apalagi melakukan melakukan kencan mesra seperti petting dan sejenisnya. Dan termasuk hal yang seharusnya dihindari adalah melakukan shooting adegan yang menggambarkan bahwa mereka berdua adalah sudah menjadi suami istri, dengan pose-pose yang mendukung ke arah itu. Meski tujuannya untuk dicetak pada kartu undangan pernikahan mereka berdua. Sebab secara hukum, keduanya masih sama-sama orang asing (ajnabi), lantarn belum lagi terjadi ijab kabul.

Kalau pun photo seperti itu harus dibuat, sebaiknya adegan itu diambil setelah adanya akad nikah terlebih dahulu. Dan biasanya, ada jeda waktu tertentu antara acara akad nikah dengan pesta walimah selama beberapa waktu, sehingga masih ada kesempatan untuk mengambil gambar dan mencetaknya pada kartu undangan. Rasanya hanya inilah alternatif yang benar untuk masalah yang satu ini.

Memang saat ini secara teknologi fotografi mungkin saja dibuat foto seperti itu tanpa keduanya dipotret bersamaan. Calon pengantin laki-laki dan calon penganting wanita masing-masing dipotret sendiri-sendiri secara terpisah, lalu kedua hasil foto mereka bisa dipadukan dengan menggunakan software tertentu, sehingga hasilnya seolah-olah mereka difoto bersama.

Namun titik masalahnya bukan hanya saat pengambilan gambar, tetapi harus diperhatikan juga tentang asosiasi orang lain yang melihat hasil rekayasa itu. Paling tidak orang yang mengerti syariah akan bertanya, mengapa keduanya sudah berpose layaknya sepasang suami istri padahal belum lagi resmi menikah?

Barangkali bila foto mereka masing-masing diletakkan pada posisi yang terpisah, akan lebih baik dan lebih selamat dari banyak pertanyaan. Yang penting bahwa tujuan pembuatan foto itu tetap tercapai, namun tanpa menimbulkan masalah atau tanda tanya.

Kita harus lebih arif dan jeli dalam melakukan segala tindakan, terutama hal-hal yang terkait dengan pelanggaran secara syariah. Agar hidup kita barakah dan Allah swt ridha kepada kita. Kalau bukan barakah dan ridha dari Allah swt., apalagi yang kita cari dalam hidup ini.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara mengeluarkan fatwa bahwa foto pre-wedding adalah haram. Prof. Dr. Abdullah Syah, MA. mengatakan bahwa foto pre-wedding yang dimaksud adalah foto mesra calon suami dan calon istri yang dilakukan sebelum akad nikah. Foto pre-wedding diharamkan, karena saat berfoto itu mereka belum memiliki ikatan apa-apa. Itu tidak dibenarkan dalam hukum Islam. Kalau mau memasang foto di dalam undangan, pasang saja foto masing-masing bukan foto mesra.

Kesimpulannya, diharamkan apabila dalam pembuatan foto dilakukan dengan dibarengi adanya ikhtilat atau percampuran laki-laki dan perempuan, bermesraan berduaan dan membuka aurat. Foto pre wedding diharamkan karena dengan 2 pertimbangan, yang pertama yaitu bagi pasangan mempelai dan fotografer yang melakukannya. Untuk mempelai diharamkan apabila dalam pembuatan foto dilakukan dengan dibarengi adanya ikhtilat (percampuran laki-laki dan perempuan), kholwat (berduaan) dan kasyful aurat (membuka aurat). Sementara pekerjaan fotografer pre wedding juga diharamkan karena dianggap menunjukkan sikap rela dengan kemaksiatan.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.
Wassalam.