INFORMASI

Marhaban Bikumul_Kautsar
Tampilkan postingan dengan label motivasi dan renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label motivasi dan renungan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 08 Juni 2014

Posted by alkautsar
No comments | Juni 08, 2014
Assalamu'alaikum Warohmatullooohi Wabarokaatu..


Bismillaahirrohmaanirrohiim,

" Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan , maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
Q.S Al-Baqoroh 2 : 183-184


Teriring salam dan doa kami sampaikan semoga saudara dan saudariku semiman sekalian selalu dalam lindungan Allah SWT dan selalu mendapatkan ridho-Nya. Segala puji dan syukur ke hadirat Allah , serta sholawat dan salam kita hadiahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua mendapatkan syafa’at Beliau kelak di yaumil akhir. Amiin.

Alhamdulillah.., setelah menjalani proses konfirmasi, maka jadwal Ustadz Tarawih dan Subuh Ramadhan 1435 H Masjid Al-Kautsar telah selesai dijadwalkan dan siap dipublikasikan sebagai media perantara online antara Ustadz dengan BKM Al-Kautsar.

Dengan ini sebagai arsip dan pengumuman, berikut kami lampirkan link untuk download. File aslinya dapat di download disini

Demikian kami sampaikan. Terimakasih kami sebanyak-banyaknya kepada Ustadz-Ustadz yang telah bersedia untuk memberikan tausyiah dalam mengisi Ramadhan 1435H yang sudah tidak lama lagi akn kita jumpai. Semoga Allah memberikan kesehatan dan kekuatan untuk kita semua sehingga kita dapat menjadi golongan hambaNya yang menang dan menjalani Ramadhan dengan maksimal.
Semoga Bermanfaat :)
Wassalam
BKM Al-Kautsar

Sabtu, 08 Juni 2013

Posted by alkautsar
No comments | Juni 08, 2013
Bismillahhirrohmaanirrohiim,

Berperangka Baik atau sering kita sebut dengan istilah Khusnozhon adalah suatu kajian aqida akhlak Islam yang selalu dianjurkan bahkan diwajibkan kepada kita sebagai seorang muslim sebagaimana firman Allah :



يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.” 
[Q.S Al-Hujurat: 12]

Berperasangka baik bertitik berat pada hati dan pikiran kita, memerlukan kesabaran dan keimanan yang baik.  Seseorang yang ditimpa musibah, sedang berada dalam kesedihan atau sebagainya yang bersifat melukai hatinya sering kali mencari kambing hitam dari semua masalah yang dialaminya.

Saudaraku...., bukannya  berperasangka baik itu adalah suatu usaha untuk melapangkan dan membersihkan hati? Sebaliknya, bukankan berperasangka buruk itu menyesakkan dadamu? Membuat pikiranmu sibuk serta emosimu susah untuk engkau kendalikan?

Dalam al-quran Allah berfirman :

"Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku."
[ Q.S al-Fajr : 27-30 ]

Jiwa yang tenang di atas maksudnya adalah jiwa-jiwa yang telah dipenuhi rahmat dan petunjuk Allah, hati jiwa yang tunduk terhadap perintah Allah. Secara ilmu tafsir, Adapun kata al-muthmainnah yang berarti jiwa yang tenang dalam ayat tersebut merupakan ism al-fâ’il dari al-thuma’nînah wa al-ithmi’nân. Secara bahasa, kata al-thuma’nînah berarti as-sukûn (diam, tenang, tidak bergerak). Dijelaskan juga oleh al-Asfahani, kata tersebut berarti as-sukûn ba’da al-inzi’âj (tenang setelah gelisah atau cemas). Menurut at-Tunisi, kata ithma’anna digunakan ketikahâdiran ghayra mudhtharib wa lâ munza’ij (tenang, tidak cemas dan tidak gelisah). Kata itu juga bisa juga digunakan untuk menunjuk ketenangan jiwa karena membenarkan apa yang dalam al-Quran tanpa ada keraguan dan kebimbangan. Oleh karena itu, penyebutan tersebut merupakan pujian atas jiwa tersebut. Bisa pula, ketenangan jiwa tersebut tanpa takut dan fitnah di akhirat. Jiwa yang tenang itu jua tak luput dari jiwa yang berperasangka baik, bersabar karenan Allah.



Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah menyampaikan sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya :

“Hati-hati kalian dari persangkaan yang buruk (zhan) karena zhan itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mendengarkan ucapan orang lain dalam keadaan mereka tidak suka. Janganlah kalian mencari-cari aurat/cacat/cela orang lain. Jangan kalian berlomba-lomba untuk menguasai sesuatu. Janganlah kalian saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang Dia perintahkan. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, maka janganlah ia menzalimi saudaranya, jangan pula tidak memberikan pertolongan/bantuan kepada saudaranya dan jangan merendahkannya. Takwa itu di sini, takwa itu di sini.” Beliau mengisyaratkan (menunjuk) ke arah dadanya. “Cukuplah seseorang dari kejelekan bila ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lain, haram darahnya, kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat ke tubuh-tubuh kalian, tidak pula ke rupa kalian akan tetapi ia melihat ke hati-hati dan amalan kalian.”
[HR. ِAl-Bukhari no. 6066 dan Muslim no. 6482]

Zhan yang disebutkan dalam hadits di atas dan juga di dalam ayat, kata ulama kita, adalah tuhmah (tuduhan). Zhan yang diperingatkan dan dilarang adalah tuhmah tanpa ada sebabnya. Seperti seseorang yang dituduh berbuat fahisyah (zina) atau dituduh minum khamr padahal tidak tampak darinya tanda-tanda yang mengharuskan dilemparkannya tuduhan tersebut kepada dirinya. Dengan demikian, bila tidak ada tanda-tanda yang benar dan sebab yang zahir (tampak), maka haram berzhan yang jelek. Terlebih lagi kepada orang yang keadaannya tertutup dan yang tampak darinya hanyalah kebaikan/keshalihan. Beda halnya dengan seseorang yang terkenal di kalangan manusia sebagai orang yang tidak baik, suka terang-terangan berbuat maksiat, atau melakukan hal-hal yang mendatangkan kecurigaan seperti keluar masuk ke tempat penjualan khamr, berteman dengan para wanita penghibur yang fajir, suka melihat perkara yang haram dan sebagainya. Orang yang keadaannya seperti ini tidaklah terlarang untuk berburuk sangka kepadanya. 
[Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an 16/217, Ruhul Ma’ani 13/219]

Saudaraku, Islam memfasilitasi umat manusia agar dapat menikmati hidup ini dengan tenang, damai dan tanpa beban. Menikmati hidup dengan selalu tersenyum, ringan dalam melangkah, serta memandang dunia dengan berseri-seri. Inilah implementasi dari ajaran Islam yang memang dirancang untuk selalu memudahkan dan menjadi rahmat bagi sekalian alam. Untuk mewujudkan hidup yang selalu tersenyum, ringan dan tanpa beban tersebut; Islam memberikan beberapa tuntunan. Yaitu di antaranya: menjaga keseimbangan, selalu berbaik sangka (husnuzhon), juga dengan berpikir positif.

Secara naluriah, setiap manusia pasti merindukan perubahan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupannya.Baik secara individu, maupun sosial untuk membangun jiwa serta pikiran yang bersih. Terutama dalam menyikapi kehidupan yang sarat dengan tantangan di era globalisasi saat ini. 

Banyak langkah yang ditempuh untuk membangun jiwa menuju pola pikir yang positif dan pikiran yang bersih berdasarkan hati nurani yang fitrah. Dimulai dengan mengubah paradigma dan meluluskan tekad dan niat yang tulus untuk meraih perubahan. Tidak berpikiran statis (jumud), tak angkuh, aniaya, egoisme, menjadi sosok yang berbeda, teguh dalam prinsif, istiqomah serta ridho dalam menerima takdir Allah swt.

Upaya membangun jiwa positif dalam kajian fokus kali ini, mari kita mengambil beberapa penelitian yang membahas tema kecemasan jiwa dari sisi pandang agama Islam yang dilandasi oleh keimanan yang telah meresap dalam qalbu manusia yang hatinya mati dapat dibangkitkan dengan ketenangan dan ketenteraman jiwanya.

Ada beberapa kiat bagaimana membangun jiwa yang memiliki perasangka yang baik secara Islam yakni sebagai berikut:

Pertamaluruskan pikiran. Berdasarkan firman Allah dalam surah Ar-Ra’du: 11, Allah menjelaskan tentang hukum perubahan dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya keadaan anda tidak akan berubah dari satu kondisi selama anda belum mengenal hukum perubahan ini dengan baik. Maka tinggal upaya anda untuk mengatasi rasa cemas atau agar terbebas dari keresahan.Tidak akan berguna hidup anda adalah refleksi dari gaya berpikir anda dengan kapasitas anda pula. Anda bisa sakit atau juga bisa menikmati sehat. Kedudukan seseorang bukan penentu kebahagiaan atau kesengsaraan seseorang. Tetapi bagaimana menyikapinya mengubah cobaan berat menjadi sebuah karunia seperti diungkap oleh Mujtahid dan ulama besar Ibnu Taimiyah berkata, 

Apa yang dilakukan oleh musuh-musuhku? Tamanku dan surgaku berada dalam dadaku. Membunuhku sama halnya dengan mati syahid. Mengasingkanku sama dengan bertamasya, memenjarakanku sama dengan berkhalwat. 

Kedua, tinggalkan sifat perfeksionisme, yaitu sifat orang-orang yang menginginkan segala sesuatunya berjalan dengan semestinya atau berjalan dengan sekehendaknya. Sifat ini banyak menjadikan orang stress dan gangguan jiwa berupa cemas atau gangguan-gangguan lainnya. 
Ciri-ciri sifat perfeksionisme adalah : 
  • Mereka tidak mau menerima kekurangan yang ada pada dirinya.
  • Mereka ingin segala maksud dan tujuannya tercapai dengan mulus tanpa rintangan sesuai dengan yang diinginkan. 
  • Memiliki sifat hipokrit (munafik). Ada hadits Nabi Muhammad saw., yang mengandung makna demikian:“Orang yang mati syahid, orang yang berilmu, orang yang mengaku dermawan, ketiga-tiganya terlempar ke neraka lantaran lahiriahnya berjiwa malaikat, tapi karakternya berhati iblis”.
Ketiga, hilangkan rasa cemburu terhadap apa yang dimiliki orang lain. Rasa cemburu salah satu sebab timbulnya rasa cemas. Rasa cemburu timbul lantaran kurangnya memiliki sifat kepercayaan diri. Rasa cemburu tidak hanya menimpa pada sektor kehidupan rumah tangga saja, akan tetapi bisa dalam sector lainnya. Bisa cemburu lantaran orang tersebut kurang dihormati di masyarakat, padahal orang tersebut pintar, alim dan lainnya. Bisa cemburu lantaran kurang sukses dalam bidang ekonomi, politik, sosial, jabatan, gelar akademik dan sebagainya. Ingatlah, bahwa berpikir cemburu adalah cara berpikir yang keliru dan salah. Kita memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuan yang kita miliki. Ingatlah, kebahagiaan anda bukan dari orang lain, tetapi muncul dari diri anda sendiri. 

Keempat, jadilah sosok berbeda dan jadilah diri sendiri.Islam sebagai agama kita telah menentang sifat ikut-ikutan. Islam sangat mengagumkan dalam independensi dalam kepribadian individu. Dalam Islam istilah ikut-ikutan dinamakan imma’iyyah, yang diambil dari kata imma’a yang tersusun dari 2 kata yang berarti jika dan ma’a, bersama-sama. Jadi artinya, jika orang berbuat ini, maka saya bersama mereka. Rasulullah saw., bersabda,

 “Janganlah kalian ikut-ikutan. Para sahabat bertanya: Apa arti Imma’atan ya Rasulullah?Rasulullah saw., menjawab, “Saya bersama orang-orang yang jika orang-orang berbuat baik, maka saya pun berbuat baik. Jika mereka berbuat zalim, maka saya pun berbuat zalim, melainkan aturlah dirimu sendiri,”
(HR. Turmudzi). 

Sistem tarbiyah yang dilakukan Nabi Muhammad saw., kepada para sahabatnya tak berdasarkan metode ikut-ikutan, dengan tujuan agar menghasilkan karakter yang berbeda beda, tapi memiliki keunggulan masing-masing. Sesuai dengan porsinya. Mari kita renungkan hadis Rasulullah saw., yang maknanya, 

“Orang yang paling penyayang kepada ummatku adalah Abu Bakar. Orang yang paling tegas dalam urusan agama atau hukum Allah adalah Umar bin Khotob, orang yang memiliki rasa malu adalah Utsman bin Affan, orang yang pandai membaca Quran adalah Ubay bin Ka’ab, orang yang pandai ilmu faroo-idl adalah Zaid bin Tsabit, orang yang paling pandai atau ‘alim adalah Mu’adz bin Jabal. Bukankah setiap umat ini ada yang berjiwa pemimpin? Dan orang yang memiliki jiwa ini adalah Abu Ubaidah bin Zarrah,” 
(HR. At-Tirmidzi, An Nasa’i, At- Thabarani dan Al Bayhaqqi). 

Kelima, berusaha untuk menghilangkan penyakit hati. Penyakit ini tentu bukan virus atau sejenis mikroba. Akan tetapi penyakit ini akibat adanya kerusakan pikiran yang bersumber dari hati manusia. Dan akibat tipisnya iman kita kepada Allah swt. Bahaya sifat ini ditegaskan Nabi Muhammad saw., 

"Waspadalah kalian dari sifat iri, karena sifat iri itu akan memakan kebaikan-kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar atau rerumputan kering".
 (HR. Abu Dawud). 

Tantangan hidup manusia di era globalisasi saat ini berkaitan dengan bagaimana cara membangun nilai-nilai positive thinking. Maka yang perlu kita sikapi sebagai da’i adalah bagaimana seharusnya profil seorang da’i yang selalu memberi pencerahan dan tausiyah kepada umat dalam membangun masyarakat madani yang berperadaban seperti diungkap oleh Nurcholis Madjid mengutip masyarakat yang pernah dibangun oleh Rasulullah saw., di Madinah. 

Ada 5 pilar dalam membangun masyarakat madani:
  1. Masyarakat rabbaniyah, masyarakar religius, yang dilandasi semangat berketuhanan atau tauhidiyah.
  2. Masyarakat demokratis, hidup dalam suasana musyawarah dalam memecahkan persoalan kemasyarakatan atau muamalat.
  3. Masyarakat toleran. Masyarakat Madaniyah adalah masyarakat majemuk, plural, baik dari suku maupun agama.
  4. Masyarakat yang berkeadilan.
  5. Masyarakat yang berilmu.
walloohu a'lam,

Semoga menjadi motivasi dan renungan untuk kita semuanya.
Bismillahhirrohmaanirrohiim,
"Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." 
[Q.S Al-Ashr 103 :1-3]

tulisan ini sebahagian di ambil dari catatan abanganda Dr. Fuji Rahmadi, MA, dengan ini penulis ucapkan terimakasih atas kajiannya yang sungguh sangat memotivasi penulis.

Semoga bermanfaat :)
Wassalaamu'alaikum warohmatullooohi wabarokatu.

Posted by alkautsar
No comments | Juni 08, 2013
Bismillaahirrohmaanirrohiim....
Assalamu'alaikum warohmatulloohi wabarokaatu...

Shalat berjamaah...., adalah hal yang sangat dianjurkan kepada setiap muslim terutama laki-laki (muslimin). Tapi ini merupakan hal yang sering terlupakan oleh banyak dari kita kaum muslim. Mungkin menganggap shalat berjamaan adalah suatu perbuatan yang membuang waktu, membosankkan atau mungkin ummat muslim kebanyakan hanya menunaikan shalat kerna takut akan dosa saja, hanya sekedar melaksanakan kewajiban, tidak lagi sesuai dengan niat yang ia niatkan dalam tiap shalatnya "Lillaahi Ta'ala", karena Allah Ta'ala. Atau mungkin juga telah terlepas atau tak mengindahkan perintah Allah dalam Quran:
bismillahirrohmaanirrohiim

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” 
[QS. Al-Baqarah: 43]

Sungguh shalat berjamaah adalah hal yang sangat diperintahkan Allah , bahkan Allah memerintahkan shalat berjamaah walau dalam keadaan perang sebagaimana firmanNya :
bismillah,

“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (shahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata”. 
[QS. An-Nisa`:102]

Dalam sebuah hadist :


Tidaklah ada tiga orang dalam satu perkampungan atau pedalaman tidak ditegakkan pada mereka shalat kecuali Syeithon akan menguasainya. Berjamaahlah kalian, karena srigala hanya memangsa kambing yang sendirian”
[H.R Abu Dawud]


Sungguh sangat ironis jika kita sebagai ummat muslim mengabaikan perintah shalat berjamaah. Sangat tidak pantas jika seorang muslim merasa dirugikan waktunya dengan shalat berjamaah. Bukankah kita manusia hanya sekedar hambaNya? Apakah hal sesungguhnya yang menyebabkan seorang muslim enggan mengerjakannya? Dalam sebuah Hadist Rasulullah SAW bersabda :

“Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.” 
[HR. Al-Bukhari no. 141 dan Muslim no. 651]

Secara umum menurut penulis ada beberapa alasan mengapa seorang muslim mengabaikan perintah shalat berjamaan :
  1. Enggan karena shalat berjamaah cenderung memerlukan waktu yang lama. Banyak di antara kita melaksanakan shalat bak latihan silat, dengan cepatnya tanpa memerhatikan tumakninah dan kekhusukan shalatnya.
  2. Merasa cukup dengan hanya mendirikan shalat ( sendirian ), "setidaknya masih Shalat". Artinya telah dibuat suatu standar amal yang minimalis.
  3. Niat, niat mungkin telah berubah, shalat bukan lagi karena Allah, tapi kerena Takut dengan dosa semata.
  4. Capek..., alasan yang sering diutarakan orang-orang jika ditanya tentang alasannya tidak shalat berjamaah,, bahkan bahayanya sampai tidak melaksanakan shalat karena capek dengan urusan dunianya.
  5. Khusus laki-laki yang diwajibkan shalat berjamaah di Masjid..., mungkin ada rasa sombong di dalam hatinya, enggan menjalin silaturrahmi dengan orang-orang di sekitarnya. dan lain-lain, wallahu a'lam.
Bukankah alasan-alasan di atas sangat bertentangan dengan firman Allah dalam Al-Quran :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. [QS.Adz Dzariyaat :56]
Na'udzubillahimin dzalik.

Saudaraku.., coba bercermin kepada hati kita masing-masing, siapa kah diri kita? Bukankah kita hanya seorang hamba yang tiap detik mengecap nikmat dari Zat yang kita secara tidak langsung atau langsung sombong kepadaNya? Jangan sekali-sekali buat perhitungan amalmu dan membuat standar, beramal tiada memiliki standar. Beramallah semaksimal mungkin selagi waktu masih diberikan kkeppada kita.
Perkara shalat berjamaah, janganlah pandang dari sisi susah atau keinginan nafsu kita saja. Bukankah shalat berjamaah memiliki banyak keutamaan atau ganjaran pahala bagi orang-orang yang mengerjakannya?

Dari Abu Hurairah : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ
“Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” 
[HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649]
Dari Abu Musa dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِي يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي يُصَلِّيهَا ثُمَّ يَنَامُ
“Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” 
[HR. Muslim no. 662]
Dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.”
[HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 650]

Kiranya ktulisan ini dapat menggugah hati kita, memerangi nafsu kita serta menjadi pelajaran yang berguna bagi kita.
Dari Abu Bakar RA, “Wahai Nabi Saw, siapakah manusia yang paling baik?”. Beliau Bersabda, “Orang yang panjang umur dan baik amalnya”. Ia bertanya lagi, “siapakah manusia yang jelek?”, Nabi menjawab, “Orang yang panjang umur lagi buruk amal nya”. 
[HR Ahmad dan At-Tirmidzi]

Wassalamu'alaikum warohmatulloohi wabarokaatu. :)

Posted by alkautsar
No comments | Juni 08, 2013
Bismillaahirrohmanirrohiim...
Assalamu'alaikum Saudara-saudaraku....

Pada kesempatan ini saya akan mengangkat suatu masalah yang lagi tren masa kini, "GALAU".

Dalam perjalanan hidup tentu ada saja hal yang membuat hati resah, sakit sampai terluka. Terpendam sehingga menyebabkan dendam di hatinya. Resah yang berkepanjangan ini dan tiadanya solusi cenderung membuat seseorang GALAU. Apa sebenarnya arti dari kata GALAU ?

Galau adalah suatu istilah zaman modern yang sering dipakai untuk mewakilkan rasa yang sedih, gundah, resah, gelisah, pikiran yang cenat-cenut dan bercampur-aduk, yang jelas semua yang buat gk enak di hatilah, hiks :'( . Hal ini sering dirasakan oleh tiap orang. Tidak mungkin perjalanan hidup seseorang selalu berjalan mulus. Ada saatnya cobaan datang, adakalanya banyak yang buat serba salah, emosi bahkan sampai ingin marah untuk meluapkan perasaannya.

Nah..., dalam hal ini sesuai dengan judul yang penulis pilih di atas "Galau Dan Solusinya Secara Islami" mari kita bahas masalah ini dari sudut pandang Islam.

Allah berfirman dalam Al-Quran :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
 
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
[Q.S Al-Baqoroh 2 : 155]

Ayat di atas membuktikan kepada kita bahwa pasti ada yang namanya cobaan bagi setiap orang dalam perjalanan hidupnya. Setiap cobaan yang dihadapi manusia kiranya secara hakekat merupakan ujian, uji kesiapan mental sebagai muslim sejati, atau bahkan uji keimanan seseorang, seberapa kuatkah iman seseorang ketika ditimpa cobaan, apakah ia bertahan dan semakin bertambah imannya atau bahkan ia cenderung menjauh, mengupat atau sebagainya dan sampai menyalahkan Allah sang Khaliknya. Na'udzubillah.

  لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَمَن يُعْرِضْ عَن ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَاباً صَعَداً 

"Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat".
[Q.S Al-Jin ayat 17]

Ayat dan hadist dii atas mungkin telah cukup memmberi perngatan kepada kita dalam menghadapi ujian atau cobaan jika suatu saat ia menghapiri kita.

Untuk itu setelah kita tahu jika cobaan yang mungkin bisa membawa seseorang menjadi GALAU, bagaimana solusi GALAU secara Islami?

Pertama,
 Dalam Al-Quran Allah berfirman :

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِين 

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu , sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
[Q.S Al-Baqoroh 2 : 153]

Ayat tersebut jelas telah memberikan solusi bagi kita untuk bersikap dalam menghadapi setiap permasalahan yang terjadi. Orang yang sabar pasti tidak akan merasakan cobaan itu sangat berat sehingga membuatnya GALAU, orang-orang yang shalat tentunya cenderung akan merasakan ketenangan. Karena dengan Shalat hakekatnya ia berkomunikasi dengan Tuhannya. Dengan Shalat ia telah menyatakan dirinya sebagai seorang makhluk yang lemah dibandingkan dengan tuhannya ( ingat tentang tulisan sebelumnya tentang Tauhid dalam bacaan dan gerakan Shalat ), dalam shalat juga tepatnya ia selalu mengucapkan :

يَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ () اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ () صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ

"Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan, Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat"
[Q.S Al-Fatihah 1 : 5-7]

Bukankah dengan ayat-ayat yang selalu kita lafazkan dalam shalat telah menyatakan bahwa kita bersandar kepadaNya? Sebagaimana firman Allah juga :

  الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوب

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."
[Q.S Ar-Ra'd ayat 28]
Intinya Solusi Pertama adalah Allah.

Kedua, jika kita membahas tentang GALAU, ialah GALAU itu merupakan perasaan atau emosi seseorang. Emosi itu juga tak luput dari yang namanya Nafsu. Nafsu terbagi 3 yaitu nafsu Muthmainnah, Nafsu Lawwamah dan Nafsu Ammarah. Dalam suatu hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, beliau bersabda :

“Kebajikan adalah akhlak terpuji, sedangkan dosa adalah apa yang meresahkan jiwamu serta engkau tidak suka apabila masalah itu diketahui orang lain.”

Dari hadits ini nampak jelas, bahwa dosa adalah segala sesuatu yang meresahkan jiwa, dosa adalah sesuatu yang membuat kita galau. Dan dosa-dosa itu berawal dari kesalahan-kesalahan yang kita lakukan baik itu sengaja ataupun tidak. Dan nafsu yang cenderung dengan dosa adalah nafsu Ammarah. Marah. bimbang, ragu dan resah tanpa kita sadari adalah bisikan syetan. Syetan Allah ciptakan dari Api, dan kita sama-sama tahu jika melawan api kita pakai air untuk memadamkannya. ( terlepas soda soda api ya..., kaco juga klu orang yang lagi malah disembur pake soda api, bukan padam, yang ada makin besar apinya mah....,heheheh ). Air yang dimaksudkan disini sebagai pereda amarah adalah Air wudhu'. Iya..., jika GALAU menyiksa pikiranmu cobalah berwudhu' sebagaimana hadist Rasulullahh :

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika kamu marah dalam keadaan berdiri, duduklah. Jika kamu masih marah, padahal sudah dalam keadaan duduk, berbaringlah. Jika kamu masih marah, padahal sudah dalam keadaan berbaring, segera bangkit dan ambil air wudu untuk bersuci dan lakukan shalat sunah dua rakaat.”
[HR. Abu Dawud dan Ahmad]

Intinya, Solusi kedua adalah dengan berwuudhu.

Ketiga, merujuk kepada firman Allah :

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal".
[Q.S Al-Anfaal ayat 2]

"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang , gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun."
[Q.S Azzumar ayat 23]

"Dan Adz Dzikr (Al Qur'an) ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan.”
[QS. Al Anbiya’: 50.]

“Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertobat kepada Nya". “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” 
[QS. Ar Ra’du: 27-28.]

Dari ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa salah satu solusi GALAU yang menimpa kita adalah dengan membaca Al-Quran  dengan maknanya.

Sebenarnya sangat banyak solusi GALAU yang ditawarkan Islam kepada kita. Misalnya jika kita merujuk kepada lagunya Mas OPICK tentang Tombo Ati, disana juga disajikan 5 obat hati yang sangat mujarab sesuai dengan ajaran Islam :
  1. Membaca quran dengan artinya;
  2. Shalat malam;
  3. Berkumpul dengan oorang-orang shaleh;
  4. Memperbanya Puasa;
  5. Dzikir di malam hari.
Subhanalloh...., belumkah tumbuh rasa syukur di hatimu bahwa Allah menciptakanmu sebagai seorang muslim? Yang memiliki ajaran yang sempurna, kitab yang tiada pernah diubah tapi selalu dapat dijadikan pedoman hidup sepanjang zaman, hukum dan rukun yang tertata rapi. Maha Benar Allah..., Sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Berkuasa.

Smoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semuanya, dan semoga petunjuk dan rahmat Allah selalu bersama kita.

"Keep say...," NO GALAU, ada Allah bersamaku...."

Wassalamu'alaikum warohmatulloohi wabarokatu...

Posted by alkautsar
No comments | Juni 08, 2013
Bismillahhirrohmaanirrohiim,
Assalamu'alaikum wahai saudara2ku seiman,

Dimulakan dengan firman Allah :

Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
[Q.S Al-Ashr 103 : 1-3]

Perjalanan hidup adalah masa-masa yang kita lewati sebagai makhluk yang tiada kekal, berjalan dari suatu masa ke masa, menempuh beberapa alam, seperti pada potongan lirik lagu yang sungguh menggugah hati dari Far East "Menanti di Barzakh"

Perjalanan Rohku, 
Melengkapi Sebuah Kembara,
Singgah Di Rahim Bonda, 
Sebelum Menjejak Ke Dunia,
Menanti Di Barzakh, 
Sebelum Berangkat Ke Mahsyar,
Diperhitung Amalan, 
Penentu Syurga Atau Sebaliknya,

Tiap-tiap kita tentu akan menjalaninya. Bagaikan hewan metamorfoosis yang berubah sejalan dengan perjalanan waktu, manusia juga akan beranjak menjalani alam-alam yang telah diqodratkan untuk dijalaninya dan berakhir pada hari perhitungan atau pembalasan dari tiap amal yang dikerjakan manusia selama hidupnya.

Yang dimaksud dengan selama hidupnya ialah menyangkut pada suatu alam yang memang dijadikan Allah sebagai kampung amal, tempat untuk mencari bekal perjalanan yang masih panjang. Ialah Dunia yang sekarang ini kita berada di jalannya. Dunia yang penuh kesenangan dan kesusahan, nikmat dan ujian, suka duka dan sebagainya yang merupakan suatu dimensi yang habis terhadap waktu, sehingga disebut sebagai alam Fana ( musnah ).

Tapi banyak di antara kita yang menganggap dunia adalah puncak dari kenikmatan hidup, jauh lari dari kenyataaan dan hakekat bahwa dunia adalah hanya sekadar kampung beramal. Jika dihubungkan dengan istilah sekarang banyak sekali di antara kita yang mengagungkan cinta dunia dibandingkan cinta dengan alam yang kekal ( kampung akhirat ). Sehingga kita berlomba-lomba dengan segala upaya untuk mendapatkan kebahagiaan hidupnya di dunia, walaupun mungkin tak mampu menimbang lagi tentang baik buruknya. Na'udzubillah.

Saudaraku...., sebagai renungan, mari kita perhatikan, mengapa burung bisa melayang di udara? itu karena adanya keseimbangan. Saat kita berdiri, mengapa kita dapat berdiri tegak dan sempurna? Pasti karena keseimbangan, Tapi coba banyangkan jika tidak ada lagi keseimbangan? Coba lihat di lingkungan kita sering terjadi kebanjiran, tiada lain pasti karena ketidak seimbagan debit air yang diterima dan yang diteruskan, dan lain sebagainya. Bukankah ketidakseimbangan itu selalu mendatangkan bencana? Perlu kita perhatikan..

Sekarang mari kita perhatikan keadaan hidup manusia Zaman sekarang. Masalah ekonomi umat Islam rata-rata pada saat sekarang belum menggembirakan, meskipun terdapat banyak negara Islam yang dianugerahkan sumber daya alam yaitu minyak dan gas bumi yang berlimpah-ruah, terutama di Timur Tengah, belum ada satu negara Islam pun yang layak digolongkan dalam kategori negara maju. Hanya ada lima negara Islam, dengan jumlah penduduk tidak lebih dari 6 juta jiwa yang saat ini dikategorikan sebagai negara yang berpendapatan tinggi akan tetapi masih jauh dari kategori negara maju. Sedangkan lebih dari 20 negara Islam dengan jumlah penduduk melebihi 600 juta jiwa, tergolong dalam kategori negara berpendapatan rendah dan terbelenggu dalam kemiskinan. Ini mengindikasikan bahwa cuma setengah persen dari total 1200 juta umat Islam saja yang bisa dikatakan kaya sementara lebih dari 50 persen umat Islam berada dalam garis kemiskinan. Kemudian pertanyaan, adakah fenomena ini sejalan dengan ajaran Islam? atau apakah Islam itu sendiri menginginkan umatnya hidup dalam keadaan zuhud?

Kalau kita kembali membuka lembaran sejarah Islam masa lalu, sungguh kita akan tercengang betapa Islam telah mampu merubah nasib umatnya yang dahulunya mundur, naik pada peringkat teratas hingga menjadi sebuah masyarakat yang sangat tinggi tamaddunnya. Masyarakat Islamlah yang telah mencapai puncak kemajuan di berbagai bidang, terutama dalam memperluas dan mendalami berbagai disiplin ilmu, misalnya sains, matematika, astronomi, kedokteran, sastra, filsafat, mantik, ilmu politik, kemiliteran, pembangunan ekonomi dan sebagainya. Masyarakat Islam jugalah yang telah berjaya dalam mengarungi samudera dan menjelajahi bumi bukan sekedar memperluas wilayah dan daerah jajahan saja akan tetapi lebih dari itu menyebarkan Islam dan ilmu pengetahuan di bumi Allah dimana saja mereka berpijak.

Akan tetapi apa yang telah terjadi pada umat Islam saat sekarang, terutama setelah dijajah selama berkurun waktu yang mengakibatkan pudar keunggulannya. Masyarakat Islam menjadi loyo, letih dan lesu, bagaikan seekor burung yang sayapnya patah yang tidak mampu lagi untuk bangkit dan mengepakkan sayapnya, tidak mampu untuk mengembangkan apa yang pernah diraihnya.

Sekarang faktor apa yang paling dominan menyebabkan kemunduran umat Islam pada saat sekarang ini? Apakah hanya faktor penjajahan saja – seperti disebut di atas - atau ada faktor lain? Mungkinkah karena umat Islam hanya lebih mementingkan kehidupan akhirat saja dan sudah melupakan kehidupan duniawinya? Apakah umat Islam sudah melalaikan ajaran Islamnya sendiri yang notabene sebagai agama atau cara hidup yang sempurna?

Untuk menjawabnya mari kita berpijak dari firman Allah swt.,

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniwi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" 
[QS. Al-Qashash: 77]

Untuk menjelaskan ayat di atas saya akan mencoba menguraikannya ke dalam 3 kategori utama sesuai dengan makna kandungan ayat, yaitu:
Pertama, kehidupan akhirat adalah tujuan. Allah swt., berfirman, 

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat". Di sini terlihat dengan jelas bahwa yang harus kita kejar adalah kebahagiaan hidup akhirat. Mengapa? Karena di sanalah kehidupan abadi. Tidak ada mati lagi setelah itu. Karenanya dalam ayat yang lain Allah berfirman: "Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya" 
[QS. Al-Ankabut: 64]

Lalu, apa arti kita hidup di dunia ? Dunia tempat kita mempersiapkan diri untuk akhirat. Sebagai tempat persiapan, dunia pasti akan kita tinggalkan. Ibarat terminal, kita transit di dalamnya sejenak, sampai waktu yang ditentukan, setelah itu kita tinggalkan dan melanjutkan perjalanan lagi. Bila demikian tabiat dunia, mengapa kita terlalu banyak menyita hidup untuk keperluan dunia? Diakui atau tidak, dari 24 jam jatah usia kita dalam sehari, bisa dikatakan hanya beberapa persen saja yang kita gunakan untuk persiapan akhirat. Selebihnya bisa dipastikan terkuras habis oleh kegiatan yang berputar-putar dalam urusan dunia.

Coba kita ingat nikmat Allah yang tak terhingga, setiap saat mengalir dalam tubuh kita. Tapi mengapa kita lalaikan itu semua. Detakan jantung tidak pernah berhenti. Kedipan mata yang tak terhitung berapa kali dalam sehari, selalu kita nikmati. Tapi kita sengaja atau tidak selalu melupakan hal itu. Kita sering mudah berterima kasih kepada seorang yang berjasa kepada kita, sementara kepada Allah yang senantiasa memanja kita dengan nikmat-nikmatNya, kita sering kali memalingkan ingatan. Akibatnya kita pasti akan lupa akhirat. Dari sini dunia akan selalu menghabiskan waktu kita.

Orang-orang bijak mengatakan bahwa dunia ini hanyalah keperluan, ibarat WC dan kamar mandi dalam sebuah rumah, ia dibangun semata sebagai keperluan. Karenanya siapapun dari penghuni rumah itu akan mendatangi WC atau kamar mandi jika perlu, setelah itu ditinggalkan. Maka sungguh sangat aneh bila ada seorang yang diam di WC sepanjang hari, dan menjadikannya sebagai tujuan utama dari dibangunnya rumah itu. Begitu juga sebenarnya sangat tidak wajar bila manusia sibuk mengurus dunia sepanjang hari dan menjadikannya sebagai tujuan hidup. Sementara akhirat dikesampingkan.

Kedua, berusaha memperbaiki kehidupan dunia. Allah swt., berfirman: ”Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu".Ayat tersebut dengan jelas bahwasannya Allah memerintahkan umat Islam untuk selalu berusaha menggapai kebahagiaan akhirat, tetapi jangan melupakan kehidupan di dunia ini. Meskipun kebahagiaan dan kenikmatan dunia bersifat sementara tetapi tetaplah penting dan agar tidak dilupakan, sebab dunia adalah ladangnya akhirat.

Masa depan termasuk kebahagiaan di akhirat kita, sangat bergantung pada apa yang diusahakan sekarang di dunia ini. Allah telah menciptakan dunia dan seisinya adalah untuk manusia, sebagai sarana menuju akhirat. Allah juga telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia, untuk mengetahui siapa yang paling baik amalnya, siapa yang paling baik hati dan niatnya.

Untuk mengelola dan menggarap dunia dengan sebaik-baiknya, maka manusia memerlukan berbagai persiapan, sarana maupun prasarana yang memadai. Karena itu maka manusia perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, setidaknya keterampilan yang mencukupi dan profesionalisme yang akan memudahkan dalam proses pengelolaan tersebut.

Allah juga mengingatkan manusia karena watak yang seringkali serakah, egois /sifat ananiyah dan keakuannya, agar dalam mengelola dunia jangan sampai merugikan orang lain yang hanya akan menimbulkan permusuhan dan pertumpahan darah (perang) antar sesamanya. Manusia seringkali karena keserakahannya berambisi untuk memiliki kekayaan dan harta benda, kekuasaan, pangkat dan kehormatan dengan tidak memperhatikan atau mengabaikan hak-hak Allah, rasul-Nya dan hak-hak manusia lain. Karena itu Allah mengingatkan bahwa selamanya manusia akan terhina dan merugi, jika tidak memperbaiki hubungannya dengan Allah (hablun minallah) dan dengan sesamanya-manusia (hablun minannaas).

Ketiga, menjaga lingkungan. Sebagai sarana hidup, Allah swt., melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi. Mereka boleh mengelola alam, tetapi untuk melestarikan dan bukan merusaknya. Firman Allah dari sambungan ayat di atas: "Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan".

Allah swt., menyindir kita tentang sedikitnya orang yang peduli pada kelestarian lingkungan di muka bumi. Dalam kaidah Ushul Fikih dikatakan, Ad-dlararu yuzalu: segala bentuk kemudharatan itu mesti dihilangkan. Nabi saw., bersabda: "La dlarara wala dlirara", artinya ialah tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun membahayakan orang lain. Karena itu, bila kita ingin terhindar dari berbagai bencana harus ada revolusi total tentang pandangan manusia terhadap alam sekitarnya. Cara pandang kapitalistik dan individualistik yang ada selama ini harus diubah. Ini karena menganggap alam sekitarnya sebagai faktor produksi telah membuat orang rakus, serakah, dan sekaligus oportunis.
Walloohua'lam.
Semoga bermanfaat untuk kita semuanya
wassalaamu'alaikum :)

Posted by alkautsar
No comments | Juni 08, 2013
Assalaamu'alaikum...

Tiada bosan penulis ucapkan salam kepada semua saudaraku seiman yang tentunya telah mendapat hidayah untuk membersihkan qalbunya dari penyakit hati yang sangat berbahaya untuk fisik dan mentalnya. Sehingga diberi petunjuk untuk sudi membaca tulisan ini yang mungkin bisa jadi masukan atau saran untuk kita semuanya. Ialah Benci dan Dendam, yang merupakan penyakit yang tiada memiliki wujud fisik yang nyata, dan merupakan dua di antara beberapa macam penyakit hati yang sangat merugikan diri si pelakunya.

Secara bahasa Benci adalah suatu perasaan tidak suka, ketidak tertarikan seseorang terhadap sesuatu, dan banyak juga disebutkan bahwa benci itu adalah lawan kata dari cinta dan kasih sayang. Sedangkan Dendam dalam bahasa arab hiqid yang berarti permusuhan dalam batin yang menanti-nanti waktu yang tepat untuk  membalaskannya. Secara bahasa dendam adalah rasa marah yang tidak terlampiaskan atau tidak tersalurkan sehingga di dalam hati menjelma menjadi sifat buruk yang selalu berkeinginan membalas perbuatan orang lain. Dengan catatan yang dimaksud dengan benci dan dendam dalam tulisan ini adalah merujuk kepada hubungan kepada sesama kita, manusia terutama di antara seorang muslim dengan muslim lainnya.

Adalah sangat wajar, sebagai manusia yang menjalankan hidup dan qodratnya sebagai makhluk sosial yang sangat membutuhkan adanya orang lain dalam hidupnya. Tentu sebagai manusia yang juga tiada sempurna bisa melakukan suatu kesalahan yang mungkin disengaja atau tidak dengan niatnya. Hal inilah yang sering menimbulkan benci, benci dan benci yang terus disimpan dalam hatinya sampai pada tahap dendam yang selanjutnya mencari cara untuk membalaskan semua perbuatannya karena hanya hal itu yang mungkin akan jadi penawar rasa Benci dalam hatinya. Na'udzubillah.

Saudaraku, sebagai seorang muslim tentunya kita berpegang dengan dalil dan aturan yang telah ditetapkan untuk kita, kita tentunya menjadikan al-quran sebagai kitab pedoman hidup yang didukung dengan hadist dari Rasulullah. Tahukah kita saudaraku jika kedua hal ini, Benci dan Dendam merupakan sifat yang tiada terpuji yang pasti tak akan pernah mendapat ridho Allah. Dan paling bahayanya sifat ini dapat menghabiskan semua amalan baik dan menuntun kita ke neraka. Semoga kita tidak termasuk di dalamnya, Amin.

Sekarang mari kita merujuk kepada diri kita sendiri. Mungkin pernah ada rasa benci dan dendam dalam hati. Apakah yang kamu rasakan saudaraku? Bukankah benci dan dendam itu menyiksa batinmu? Apakah ada kepuasaan yang hakiki di dalam qalbumu andai jika melihat orang yang engkau benci harus mengalami luka yang sama dengan yang kamu rasakan? Atau andai jika dendam yang telah engkau balaskan, akankah apa yang membuatmu mendendam itu akan kembali kepadamu? Sehingga silaturrahmi pun akan terputus, padahal dalam hadist Rasulullah bersabda :

“Tidaklah halal bagi seorang muslim untuk meninggalkan saudaranya lebih dari tiga malam. Keduanya juga saling bertemu, tetapi mereka tidak saling mengacuhkan satu sama lain. Yang paling baik diantara keduanya yang terlebih dahulu memberi salam”. 
(HR. Muslim)

Andai saja kita jujur, pasti benci dan dendam membuat hatimu panas terbakar amarah, menghilangkan ketenangan hatimu, membuatmu bersikap tidak karuan, menghilangkan seleramu kketika berjumpa dengan seseorang yang engkau benci. Coba pertimbangkan, apakah itu menguntungkan atau bahkan merugikan dirimu? Andai saja kita jujur saudaraku.

Karenanya, mari kita hindari diri dari sifat ini karena pada hakikatnya merugikan diri kita secara lahir dan batin. Islam sebagai jalan yang lurus untuk semua ummat dapat memberikan solusi yang baik untuk menuntun kita ke jalan yang benar. Ada banyak solusi menghilangkan rasa benci dan dendam di hati kita. Ialah :

Banyak-banyaklah berdzikir (mengingat Allah), insyaallah akan ada ketenangan di hatimu sebagai mana firman Allah :

"Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah (zikrullah) hati menjadi tenang".
[Q-S Ar-Ra'd ayat 28.]

- Bersabarlah

Dari Abu Hurairah R.A., Rasulullah saw bersabda, Orang yang hebat itu bukanlah orang yang kuat pukulannya, sesungguhnya orang yang kuat adalah yang mampu mengekang hawa nafsunya ketika marah. (H.R. Bukhari dan Muslim)
*mengekang hawa nafsu tentunya memerlukan kesabaran dan keimanan yang kuat.

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
[Surat Ali Imron 3 : 134]

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
[Q.S Al-Baqoroh 2 : 153]

- Jadilah Seorang Pemaaf

Allah berfirman :

"...Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah." 
[Q.S.Asy-Syura : 40]

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
[Q.S Ali Imron 3 : 159]


Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
[Q.S Al-Baqoroh 2 : 263]

Dalam hadist :

"Rasulullah SAW bersabda, "wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu."
 (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy).

"Ada 3 hal yang apabila dilakukan akan dilindungi Allah dalam pemeliharaanNya dan ditaburi rahmatNya serta dimasukkanNya ke dalam surgaNya yaitu : apabila diberi iia berterimakasih, apabila berkuasa ia suka pemaaf dan apabila marah ia menahan diri"
[HR. Hakim dan Ibnu Hibban]



- Biasakanlah diri Berperasangka Baik

Dalam al-quran Allah berfirman :

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia sangat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” 
[Q.S. Al-Baqarah : 216]

”Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.Sukakah salah seorang diantara kamu, memakan daging saudaranya yang sudah mati ?.Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.Dan bertakwalah kepada Allah Tuhan Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
[QS.Al-Hujuraat :12]

- Ingatlah bahwa Dendan dan Benci itu merugikan dirimu sendiri

Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas).
(HR. Al Hakim)

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). 
[Q.S Al-Maidah : 91]

- Jangan Sombong dan menganggap diri paling benar
Mari kita koreksi diri, adanya kejadian pasti karena ada penyebabnya. 

"Tidak akan masuk syurga siapa saja yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan."
[HR. Muslim]

- Ikhlas dan Tawakkallah

Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya,dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,  dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki
[Q.S Al-Falaq 1-5]

Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan,Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan,Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku."
[Q.S Al-Mu'minuun 96-98] 

-Dan jika benci dan dendam itu tak jua hilang, maka ingatlah kebaikannya saja, mungkin ada kebaikan yang pernah ia lakukan untuk kita, jangan selalu memikirkan keburukannya, kejahatannya dan sifatnya yang kurang terpuji, Insyaallah hati kita akan terobati.


Itulah yang dapat penulis sarankan dalam perkara Menghilangkan Benci Dan Dendam di hati kita. Semoga Petunjuk dan hidayahNya selalu bersama kita.

Mari sama-sama kita berdoa,

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu, teguhkanlah hati kami diatas ketaatan kepadamu,arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”
Amiin, ya Robbal 'aalamiinnn...

Semoga bermanfaat untuk kita semuanya,

“Manusia akan tetap berada di dalam kebaikan selama dia tidak mempunyai rasa benci.”
(HR. Thabrani)

Wassalam :)

sumber : http://alhabibi89.blogspot.com/2013/05/membiasakan-diri-berprasangka-baik.html