1.
Al-Anbiya’ ayat 30
óOs9urr& tt tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( xsùr& tbqãZÏB÷sã ÇÌÉÈ
“Dan apakah orang-orang
yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air
kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?”
1) Tafsir Al-Maraghi
Secara umum
ayat ini membahas tentang keesaan Allah yang terdapat pada penciptaan langit
dan bumi. Allah mencela orang-orang musyrik yang menyembah tuhan-tuhan
selain-Nya karena tidak memikirkan tanda-tanda keesaan-Nya yang dipancangkan di
dalam alam. Kemudian, Allah mengarahkan perhatian mereka, bahwa mereka tidah
patut menyembah berhala dan patung, karena Tuhan yang Kuasa atas seluruh
makhluk ini Dialah yang berhak disembah, bukan batu atau pohon yang tidak dapat
mengelakkan kemudharatan, tidak pula kuasa mendatangkan manfaat.
Sesuai
dengan ayat pertama yang artinya “Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwa dahulu langit dan bumi itu berpadu dan saling berhubungan, kemudian Kami
memisahkan keduanya dan menghilangkan kesatuannya”. Ahli astonomi dewasa
ini juga mengatakan hal yang sama. Mereka menetapkan bahwa matahari adalah bola
api yang berotasi (berputar pada sumbunya) selama jutaan tahun. Ditengah-tengah
perjalanannya yang cepat, planet kita (bumi) dan planet-planet lain dari garis
khatulistiwa matahari terpisah daripadanya dan menjauh. Hingga kini bumi kita
tetap berotasi dan berevolusi menurut sistem tertentu, sesuai dengan hukum daya
tarik.
Prof. Abbul
Hamid, wakil peneropong bintang Kerajaan Mesir (dahulu), mengatakan: Teori
modern mengenai lahirnya bumi dan planet-planet (bintang-bintang beredar)
lainnya dari matahari, bermula dari dekatnya sebuah bintang besar kepada
matahari pada masa yang silam. Lalu, dari permukaannya tertarik timbunan kabut
yang tidak lama kemudian terpisah dari matahari dalam bentuk anak panah yang
kedua tepinya berhias dan tengahnya dalam. Kemudian timbunan kabut ini menebal
di angkasa yang dingin hingga menjadi timbunan-timbunan terpisah, yang kemudian
menjadi bumi kita dan planet-planet lainnya.
“dan dari
air kami jadikan segala sesuatu yang hidup” demikian
pula dengan air itu, Dia menghidupkan dan menumbuhkan setiap tumbuhan. Qatadah
mengatakan: “Kami menciptakan setiap yang tumbuh dari air”. Maka setiap yang
tumbuh itu ialah hewan dan tumbuhan. Sebagian kaum cendekia dewasa kini
berpendapat bahwa setiap hewan pada mulanya diciptakan di laut. Maka seluruh
jenis burung, binatang melata dan binatang darat itu berasal dari laut.
Kemudian setelah melalui masa yang sangat panjang, hewan-hewan itu mempunyai
karakter sebagai hewan darat, dan menjadi berjenis-jenis. Untuk membuktikan hal
itu, mereka mempunyai banyak bukti.
Apakah
mereka tidak beriman dengan jalan memikirkan dalil-dalil ini, sehingga mereka
mengetahui Pencipta yang tidak ada sesuatu pun menyerupai-Nya, dan mereka
meninggalkan jalan kemusyrikan.
2) Tafsir Ibnu
Katsir
Allah Ta’ala
berfirman mengingatkan tentang kekuasaan-Nya yang sempurna dan kerajaan-Nya
yang agung. “Dan apakah orang-orang yang kafir itu tidak mengetahui”,
yaitu orang-orang yang mengingkari kekuasaan Allah. Apakah mereka tidak
mengetahui bahwa Allah adalah Rabb Yang Maha Esa dalam penciptaan lagi bebas
dalam penataan, maka bagaimana mungkin Dia layak disekutukan bersama yang
lain-Nya? Apakah mereka tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulunya adalah
bersatu? Lalu berpecah-belah, maka langit menjadi tujuh dan bumi menjadi tujuh
serta antara langit dan bumi dipisahkan oleh udara, hingga hujan turun dari
langit dan tanah pun menumbuhkan tanam-tanaman. Untuk itu Dia berfirman: “Dan
dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman?” yaitu, mereka menyaksikan berbagai makhluk, satu kejadian
demi kejadian secara nyata. Semua itu adalah bukti tentang adanya Maha Pencipta
yang berbuat secara bebas lagi Maha kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya.
3) Tafsir
Al-Mishbah
Berbeda-beda
pendapat ulama tentang firman-Nya ini. Ada yang memahaminya dalam arti langit
dan bumi tadinya merupakan gumpalan yang terpadu. Hujan tidak turun dan bumipun
tidak ditumbuhi pepohonan, kemudian Allah membelah langit dan bumi
dengan jalan menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan di
bumi. Ada lagi yang berpendapat bahwa bumi dan langit tadinya merupakan sesuatu
yang utuh tidak terpisah, kemudian Allah pisahkan dengan mengangkat langit ke
atas dan membiarkan bumi tetap ditempatnya berada dibawah lalu memisahkan
keduanya dengan udara.
Ayat ini
dipahami oleh sementara ilmuan sebagai salah satu mukjizat Al-qur’an yang
mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang
dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukti yang cukup kuat, yang
menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau yang
diistilahan oleh ayat ini dengan ratqan. Lalu gumpalan itu berpisah
sehingga terjadilah pemisahan antar bumi dan langit.
4) Tafsir
Jalalain
Menurut
Tafsir Jalalain, apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu. Kemudian Allah telah
menjadikan langit tujuh lapis dan bumi tujuh lapis pula. Kemudian langit itu
dibuka sehingga dapat menurunkan hujan yang sebelumnya tidak dapat menurunkan
hujan. Kami buka pula bumi itu sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, yang
sebelumnya tidak dapat menumbuhkannya.
“Dan dari
air kami jadikan segala sesuatu yang hidup”. Maksudnya
airlah yang menjadi penyebab bagi seluruh kehidupan baik manusia, hewan, maupun
tumbuh-tumbuhan. Namun mengapalah orang-orang kafir tiada juga beriman terhadap
keesaan Allah.
2.
Adz-Zariyat ayat 47
uä!$uK¡¡9$#ur $yg»oYøt^t/ 7&÷r'Î/ $¯RÎ)ur tbqãèÅqßJs9 ÇÍÐÈ
“Dan langit
itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami benar-benar
meluaskannya.”
1) Tafsir
Al-Maraghi
اَلْاَيْدِ
– Al-Aidi : Kekuatan
لَمُوْسِعُوْنَ – Lamusi’un : Benar-benar
mempunyai kemampuan untuk menciptakan langit dan menciptakan lainnya. Berasal
dari kata Al-Wus’u yang berarti tenaga.
Secara umum,
setelah Allah SWT memasukkan terjadinya penghimpunan dan memberikan dalil-dalil
yang menunjukkan bahwa penghimpunan itu pasti terjadi tanpa diragukan lagi,
maka Allah menunjukkan keesaan dan kebesaran kekuasaan-Nya. Diterangkan bahwa
Allajh telah menciptakan langit tanpa tiang, dan menghamparkan serta
membentangkan bumi ini supaya bisa didiami oleh manusia maupun binatang, dan
Dia telah menciptakan pula masing-masing jenis binatang sejodoh-sejodoh, jantan
atau betina, supaya kebaradaan segala jenis binatang tetap berlangsung sampai
dengan kebinasaan alam ini, sesuai dengan yang dikehendaki Allah.
Dan
sesungguhnya Allah telah membangun langit dengan kemampuan-Nya yang mengagumkan
dan kekuasaan Yang Maha Besar. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuasa
untuk melakukan hal itu tanpa mengalami keletihan maupun kepayahan. Pernyataan
ini merupakan sindiran terhadap kaum Yahudi yang mengatakan bahwa Allah
menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. Lalu beristirahat pada hari
ketujuh dengan berbaring di atas ‘Arsy.
2) Tafsir Ibnu
Katsir
Menurut
Tafsir Ibnu Katsir, dalam ayat ini Allah berfirman seraya mengingatkan penciptaan
alam uluwwi (bagian atas) dan alam sufli (bagian bawah). Allah
telah menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara dan tinggi dengan
kekuatan-Nya. Demikian itu dikemukakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah
Ats-Tsauri dll. dan Allah juga yang telah menjadikan seluruh penjurunya luas,
kemudian Kami meninggikan tanpa menggunakan tiang, sehingga ia menggantung
sebagaimana adanya.
3) Tafsir
Al-Mishbah
Dan langit
itu kami bangun yaitu ciptakan dengan kekuasaan (kami) yang
Maha Dahsyat atau berdasar nikmat Kami yang melimpah dan Sesungguhnya kami
benar-benar Maha Luas dalam kekuasaan kami tanpa ada sesuatupun yang
menghalangi.
Ayat 47 ini,
mengisyaratkan beberapa rahasia ilmiah. Diantaranya bahwa Allah SWT menciptakan
alam yang luas ini dengan kekuasaanNya. Dia maha kuasa atas segala sesuatu.
Kata sama’ (langit) pada ayat tersebut dimaksudkan sebagai segala
sesuatu yang ada disekitar benda-benda langit seperti plenet, bintang, tata
surya dan galaksi juga disebut langit. Bagian alam raya yang terlihat ini amatlah
luas, tak terbayangkan dan tak terbatas, sebab jaraknya bisa mencapai jutaan
tahun cahaya. Menurut ilmu pengetahuan modern, satu tahun cahaya berarti jarak
yang dilalui cahaya dengan kecepatan 300.000 km/s. Frase “Wa Inna Lamusi’un”
sesungguhnya kami benar-benar maha meluaskan. Artinya, Kami meluaskan alam
tersebut yang berlangsung sepanjang masa. Ini juga telah ditemukan dalam ilmu
pengetahuan modern yang dikenal dengan teori ekspansi. Menurut teori tersebut,
nebula di luar galaksi tempat kita tinggal menjauh dari kita dengan kecepatan
yang berbeda-beda. Bahkan banda-benda langit dalam satu galaksi pun saling
menjauh satu sama lainnya.
4) Tafsir
Jalalain
Dan langit
itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dengan
kekuatan kami. dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa dikatakan adar
rajulu ya-idu qawiyyu artinya lelaki itu menjadi kuat. Dikatakan awsa’ar
rajulu, artinya ia menjadi orang yang memiliki pengaruh dan kekuatan.
3. Al-Fussilat
ayat 9-12
* ö@è% öNä3§Yάr& tbrãàÿõ3tGs9 Ï%©!$$Î/ t,n=y{ uÚöF{$# Îû Èû÷ütBöqt tbqè=yèøgrBur ÿ¼ã&s! #Y#yRr& 4 y7Ï9ºs >u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÒÈ @yèy_ur $pkÏù zÓźuru `ÏB $ygÏ%öqsù x8t»t/ur $pkÏù u£s%ur !$pkÏù $pksEºuqø%r& þÎû Ïpyèt/ör& 5Q$r& [ä!#uqy tû,Î#ͬ!$¡¡=Ïj9 ÇÊÉÈ §NèO #uqtGó$# n<Î) Ïä!$uK¡¡9$# }Édur ×b%s{ß tA$s)sù $olm; ÇÚöF|Ï9ur $uÏKø$# %·æöqsÛ ÷rr& $\döx. !$tGs9$s% $oY÷s?r& tûüÏèͬ!$sÛ ÇÊÊÈ £`ßg9Òs)sù yìö7y ;N#uq»yJy Îû Èû÷ütBöqt 4ym÷rr&ur Îû Èe@ä. >ä!$yJy $ydtøBr& 4 $¨Zyur uä!$yJ¡¡9$# $u÷R9$# yxÎ6»|ÁyJÎ/ $ZàøÿÏmur 4 y7Ï9ºs ãÏø)s? ÍÍyèø9$# ÉOÎ=yèø9$# ÇÊËÈ
“Katakanlah:
“Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb
semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan
langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:
“Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”.
keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh
langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami
hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa
lagi Maha mengetahui.”
1) Tafsir
Al-Maraghi
Setelah
Allah menyuruh Rasul-Nya agar berkata kepada orang-orang musyrik: Sesungguhnya
apa yang aku terima lewat wakyu ialah, bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang
Maha Esa, maka murnikanlah untuk-Nya ibadahmu, lalu dilanjutkan dengan
keterangan yang menunjukkan atas kesempurnaan kekuasaan dan hikmah-Nya daam
menciptakan langit dan bumi pada tahapan tahapan yang berbeda-beda secara
berurut-urut,dan Bahwa Dia telah menyempurnakan bagi masing-masing langit itu
hal-hal yang mereka siap melaksanakannya, dan Dia menghiasi langit dengan
bintang-bintang dan planet-planet, baik yang tetap maupun yang berlayar. Dan
itu tidak mengherankan, karena itu semua adalah ketentuan dari Tuhan Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Menang atas urusan-Nya, lagi Maha Mengetahui atas segala sesuatu
yang ada dilangit maupun dibumi, tidak ada sesuatupun pada keduanya yang
tersembunyi bagi Allah. Maka, kamu mudah saja menganggap patung-patung dan
berhala-berhala sebagai sekutu-sekutu Allah, padahal patung-patung dan
berhala-berhala itu tidak mempunyai sati andil pun dalam menciptakan dan
menakdirkan langit dan bumi.
Tuhan yang
telah menciptakan bumi dalam dua tahapan itu, yakni setahap dimana Dia
menciptakan bumi itu padat setelah asalnya merupakan bola gas, dan tahapan
berikutnya Dia menjadikan bumi itu menjadi 26 lapisan dalam 6 periode,
sebagaimana diterangkan oleh para ahli geologi. Itulah Tuhan alam semesta,
bukan semata-mata Tuhan bumi saja. Karena Dia-lah yang mengasuh makhluk
seluruhnya. Jika Allah yang menciptakan bumi dalam dua tahap, maka Dialah yang
mengetahui berapa bilangannya. Maka, bagaimanakah sesuatu dari makhluk-makhluk
itu bisa menjadi tandingan dan sekutu bagi Allah.
Dan Dia
menjadikan pada bumi itu gunung-gunung yang kokoh yang menjulang tinggi di
atasnya, sedang pokoknya ada dalam tanah yaitu lapisan batu api. Dari lapisan
inilah gunung-gunung muncul. Jadi, gunung-gunung itu pangkalnya jauh ada di
dalam tanah, sama melewati semua lapisan hingga sampai ke lapisan yang pertama,
yaitu lapisan batu api yang sekiranya tidak ada lapisan ini maka bumi ini
takkan menjadi tanah dan tak bisa menjadi tempat tinggal.
Jadi bumi
kita ini sebenarnya merupakan bola api yang dibungkus dengan lapisan batu api,
kemudian di atasnya terdapat lapisan-lapisan yang lebih lembut, dan disanalah
terbentuknya binatang dan tumbuh-tumbuhan setelah melewati masa yang panjang.
Gunung-gunung itu merupakan tonjolan-tonjolan yang muncul dari lapisan batu api
tersebut, lalu menjulang tinggi di atasnya puluhan ribu kilometer, dan menjadi
gudang-gudang air dan bahan-bahan mineral, di samping sebagai rambu-rambu jalan
serta pengendali udara dan awan.
Dan Allah
menjadikan gunung-gunung itu penuh berkah dengan banyaknya kekayaan di sana
karena Allah menciptakan disana bahan-bahan yang bermanfaat. Artinya, bahwa
Allah menciptakan gunung-gunung dibumi sebagai pangkal aliran sungai dan gudang
bahan-bahan mineral.
Sesungguhnya
penciptaan bumi da dijadikannya gunung-gunung padanya dalam dua tahapan, sedang
dijadikannya kekayaan-kakayaan bumi yang banyak dan ditentukannnya kadar bahan
makanan disana adalah dalam dua tahapan pula. Jadi, seluruhnya dalam 4 tahapan.
Dalam 4 tahapan yang sempurna sesuai dengan yang dikehendaki oleh pencari bahan
makan dan apa saja yang membutuhkannya. Yaitu segala binatang yang ada di atas
permukaan bumi, sebagaimana Allah firmankan:
“Semua
yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. setiap waktu dia dalam
kesibukan”.
Jadi
manussia dan binatang seluruhnya meminta kepada Tuhan mereka apa yang mereka
butuhkan. Dan oleh karena manusia memperhatikan keadaan bumi yang ada di
sekelilingnya, maka penyebutan tentang bumi didahulukan, dan Allah terangkan
bahwa bumi dengan segala yang ada di atas permukaannya telah Allah ciptakan
dalam 4 tahapan: satu tahap untuk memadatkan materi bumi setelah asalnya berupa
gas, dan setahap lagi untuk menyempurnakan lapisan-lapisan bumi selebihnya,
setahap lagi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan setahap lagi untuk
pembentukan binatang.
Penciptaan
bumi langit ini tidaklah hanya dalam satu tahap saja, tetapi dalam beberapa
tahap sesuai dengan hikmat dan urutan. Sedang sebagai kitab suci, maka
Al-Qur’an cukup mengatakan bahwa Allah telah menciptakan bumi dalam dua tahapan
sedang menciptakan apa-apa yang ada di atasnya dalam dua tahapan pula, dan
begitu pula dalam menciptakan tujuh langit.
2)
Tafsir Ibnu Katsir
Berdasarkan
penafsiran Ibnu Katsir ayat 9 merupakan bentuk pengingkaran Allah terhadap
orang-orang musyrik yang menyembah selain-Nya, padahal Dia-lah Yang Maha
pencipta, Maha memaksa dan Maha menguasai segala sesuatu. Ayat ini mengandung
rincian tentang firman Allah Ta’ala:
“Dan
Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari.”(QS. Huud: 7).
Maka, di dalam ayat ini dirinci apa yang berkenaan khusus dengan bumi dan
langit. Dia menyebutkan bahwa pertama kali Dia menciptakan bumi. Karena bumi
sebagai asas (pondasi). Persoalan pokok selalu dimulai dengan asas, baru
kemudian atap. Dan Allah menciptakan bumi ini dalam dua hari yaitu hari Ahad
dan Senin.
Dalam ayat
10 dijelaskan bahwa Allah telah menciptakan gunung-gunung yang kokoh dan
menjadikan bumi penuh dengan berkah yang siap menerima kebaikan, bibit dan
tanam-tanaman. Dan Dia telah menentukan apa-apa yang dibutuhkan oleh
penghuninya, berupa berbagai rizki dan tempat-tempat yang dapat ditanami dan
diolah. Hal tersebut terjadi pada hari Selasa dan Rabu, sehingga kedua hari
tersebut dengan dua hari sebelumnya menjadi empat hari. Hal ini dapat menjadi
jawaban bagi orang-orang yang bertanya.
Ayat 11
yaitu menuju pada penciptaan langit yang masih berupa asap yaitu asap air yang
mengepul katika bumi diciptakan. Kemudian Allah menanyakan kepada langit dan
bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati” Artinya,
patuhilah perintah-perintah Allah dengan suka hati atau terpaksa.
Pada ayat
12, Dia telah menjadikan tujuh langit dalam dua masa, yaitu masa terakhir, hari
Kamis dan hari Jum’at. Kemudian Dia tetapkan ketentuan pada setiap langit apa
yang diperlukan, berupa para malaikat dan makhluk-makhluk lain yang tidak
diketahui kecuali oleh Allah. Serta menghiasi langit dengan bintang-bintang
yang bersinar terang di atas bumi. “Dan Kami memeliharanya”. Yaitu,
menghalangi syaitan-syaitan dari mendengarkan berita alam atas (langit).
3) Tafsir
Al-Mishbah
Dalam ayat 9
dan 10 berisikan proses penciptaan bumi serta memperindahnya dengan
gunung-gunung yang kukuh agar bumi yang terus beredar itu tidak oleng. Dan
Allah juga melimpahkan aneka kebajikan sehingga bumi dapat berfungsi sebaik
mungkin dan dapat menjadi tempat hunian yang nyaman buat manusia dan hewan.
Semua itu terlaksana dalam waktu empat hari yang terbagi secara adil yakni dua
hari penciptaan bumi dan dua hari sisanya buat pemberkahan dan penyiapan
makanan bagi para penghuninya.
Pada ayat 11
dan 12 yaitu pada proses penciptaan langit yang masih berupa dukhan atau
asap. Para ilmuan memahami kata dukhan dalam arti satu benda yang
terdiri pada umumnya dari gas yang mengandung benda-benda yang sangat kecil
namun kukuh. Berwarna hitam atau gelap dan mengandung panas. Sedangkan menurut
tafsir ini bahwa sebelum terbentuknya bintang-bintang ada sesuatu yang angkasa
raya dipenuhi oleh gas dan asap, dan bahan inilah terbentuk bintang-bintang.
Hingga kini, sebagian dari gas dan asap itu masih tersisa dan tersebar
diangkasa raya.
Ayat-ayat
Al-Qur’an melukiskan adanya enam hari atau periode bagi penciptaan alam raya.
Periode dukhan ini menurut ilmuan adalah periode ketiga yang didahului oleh
periode kedua yaitu masa terjadinya ledakan dahsyat “Big Bang” dan inilah yang
mengakibatkan terjadinya asap itu. Pada periode dukhan inilah tercipta
unsur-unsur pembentukan langit yang terjadi melalui gas Hidrogen dan Helium.
Pada periode pertama, langit dan bumi merupakan gumpalan yang menyatu yang
dilukiskan oleh Al-Qur’an dengan nama ar-ratq. Periode pertama dan kedua itu
diisyaratkan oleh QS. Al-Anbiya’ ayat 30.
4) Tafsir
Jalalain
Menurut
Tafsir Jalalain, Allah telah menciptakan bumi dalam dua hari yaitu hari Ahad
dan hari Senin. Dan Dia telah menjadikan gunung-gunung yang kokoh dan kuat
denga air yang banyak dan tanam-tanaman serta pohon-pohon yang banyak pula. Dan
Allah telah enetapkan kadar-kadar makanan bagi manusia dan fauna. Sesungguhnya
masa penciptaan selama empat hari adalah masa yang paling sempurna. Hal ini
dijadikannya pada hari Selasa dan rabu.
Kemudian
menuju pada penciptaan langit yang masih berupa asap yang membumbung tinggi.
Allah menciptakan langit dalam dua hari yaitu hari Kamis dan Jum’at. Dan pada
hari itu juga diciptakan Nabi Adam dan sesuai dengan makna ayat ini, yaitu
ayat-ayat tentang penciptaan langit dan bumi dalam enam hari. Dan Dia
perintahkan kepada penduduk yang ada di dalamnya, yaitu taat dan beribadah
kepada-Nya. Kemudian dihiasilah langit bintang-bintang yang cemerlang. Dan
Allah telah menjaganya dengan meteor-meteor dari setan-setan yang mau
mencuri-curi pembicaraan para malaikat. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa
di dalam kerajaan-Nya.